Selasa, 28 Januari 2020

Hindari wabah


Wabah virus penyakit menular di zaman Rasulullah SAW, salah satunya adalah virus kusta atau lepra yang menular dan mematikan, dahulu belum ada obatnya.

Ada beberapa cara agar terhindar dari penyakit virus menular menurut sunnah :

*1. HINDARI KONTAK DENGAN PASIEN*

_"Janganlah kamu terus menerus melihat orang yang mengidap penyakit (menular) kusta."_
(HR.Bukhari)

*2. KARANTINA SEMUA PASIEN*

_"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu._  (HR. Bukhari)

*3. BERDOA*

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الأَسْقَامِ

Allahumma inni a'udhu bika minal-barasi, wal- jununi, wal-judhami, wa min sayyi'il-asqami'

_"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kusta (penyakit menular), kegilaan (penyakit jiwa), kaki gajah (penyakit lumpuh), dan penyakit jahat lainnya"_ 
(HR. Abu Dawud)

*4. MINUM MADU*

_"Hendaknya kalian mengunakan 2 obat yaitu madu (untuk penyakit zohir) dan al-Qur’an (untuk penyakit batin)”_ (HR. Sunan Ibnu Majah dan Al-Hakim)

*5. SYAHID JIKA MATI TERKENA VIRUS*

_"Kematian karena wabah (virus) adalah surga bagi setiap muslim (yang mati karenanya)"_
(HR. Bukhori)

Sumber : Grup w.a

Rabu, 22 Januari 2020

Hikmah menjalani


Kisah berikut ini hikmah adalah tentang apa yang terjadi dalam keseharian di rumah tangga....


Seorang anak tidak suka tinggal di rumah, karena ayah ibunya selalu ‘ngomel’, ia tak suka bila ibunya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini....

"Nak ! Kalau keluar kamar matikan kipas anginnya."
“Matikan TV, jangan biarkan hidup tapi tak ada yang menonton !

“Simpan pena yang jatuh ke kolong meja di tempatnya !”

Tiap hari dia harus ta'at pada hal-hal ini sejak kecil, saat bersama keluarga di rumah.

Maka tibalah hari ini, saat dia menerima panggilan untuk wawancara kerja...

“Dalam hati dia berkata : "Begitu mendapat pekerjaan, saya akan sewa rumah sendiri.
Tak akan ada lagi omelan ibu ayah," begitu pikirnya.

Ketika hendak pergi untuk interview, ibunya berpesan :

“Nak ! Jawablah pertanyaan yang diajukan tanpa ragu-ragu.

Bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, katakan sejujurnya dengan percaya diri....”

ibunya memberinya uang lebih banyak dari ongkos yang dibutuhkan untuk menghadiri wawancara....

Setiba di pusat wawancara, diperhatikannya bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang.

Meskipun pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, dan bisa membuat yang lewat pintu itu menabrak atau bajunya tersangkut grendel.

Dia geser gerendel ke posisi yang benar, menutup pintu dan
masuk menuju kantor.

Di kedua sisi jalan dia lihat tanaman bunga yang indah.
Tapi ada air mengalir dari selang dan tak ada seorang pun disekitar situ.
Air meluap ke jalan setapak.

Diangkatnya selang dan diletakkannya di dekat salah satu tanaman dan melanjutkan kembali langkahnya.

Tak ada seorang pun di area resepsionis.
Namun, ada petunjuk bahwa wawancara di lantai dua. ...

Dia perlahan menaiki tangga.

Lampu yang dinyalakan semalam masih menyala, padahal sudah pukul 10 pagi.

Peringatan ibunya terngiang di telinganya :

"Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu ?"

Dia merasa agak jengkel oleh pikiran itu, namun dia tetap mencari saklar dan mematikan lampu.

Di lantai atas di aula besar dia lihat banyak calon duduk menunggu giliran.

Melihat banyaknya pelamar, dia bertanya-tanya, apakah masih ada peluang baginya untuk diterima ?

Diapun menuju aula dengan sedikit gentar dan menginjak karpet dekat pintu bertuliskan "Selamat Datang" ...

Diperhatikannya bahwa karpet itu terbalik. Spontan saja dia betulkan, walau dengan sedikit kesal.

Dilihatnya di beberapa baris di depan banyak yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong.

Terdengar suara kipas angin, dimatikanya kipas yang tidak dimanfaatkan dan duduk di salah satu kursi yang kosong....

Banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain.

Sehingga tak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara.

Tibalah gilirannya, dia masuk dan berdiri di hadapan pewawancara dengan agak gemetar dan pesimis....

Sesampainya di depan meja,  pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya langsung berkata :
"Kapan Anda bisa mulai bekerja ?"

Dia terkejut dan berpikir, "apakah ini pertanyaan jebakan, atau tanda bahwa telah diterima untuk bekerja disitu ?"
Dia bingung.

Apa yang Anda pikirkan ?" tanya sang boss lalu melanjutkan :

"Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini.

Sebab hanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, kami tak akan dapat menilai siapa pun.

Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut...

Kami melakukan tes tertentu berdasarkan sikap para calon...

Kami mengamati setiap orang melalui CCTV, apa saja yg dilakukannya ketika melihat  gerendel di pintu, selang air yang mengalir, keset "selamat datang", kipas atau lampu yang tak perlu...

Anda satu-satunya yang melakukan.
Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih Anda !”

Hatinya terharu, dia ingat ibunya....
Dia yg selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan ibu ayahnya.

Kini dia menyadari bahwa justru omelan dan disiplin yg ditanamkan orang tuanyalah yang membuatnya diterima pada perusahaan yang diinginkannya...

Kekesalan dan kemarahannya pada ibunya seketika sirna...

.....Hanya Anda satu-satunya yang melakukan apa yang kami harapkan dari seorang manajer, maka kami putuskan menerima Anda bekerja disini.......

ibu ! Ma'afkan anakmu,  bisiknya dalam hati penuh rasa haru dan bersyukur.

Dia akan minta maaf kepada ibunya, dia akan ajak ibunya melihat tempat kerjanya...
Dia pulang ke rumah dengan bahagia...

Apapun yang orang tua katakan pada anaknya,  adalah demi kebaikan anak-anak itu sendiri, untuk menyiapkan masa depan yang baik !

"Batu karang tak akan menjadi patung yang indah bernilai tinggi, jika tak dapat menahan rasa sakit saat pahat bekerja memotongnya"...

Untuk menjadi pribadi  yang indah, kita perlu menerima dan mematuhi nasehat yang baik.

Kebiasaan baik akan muncul dari perilaku buruk yang dipahat dan dibuang dari diri kita...

Ibu menggendong anak di pinggangnya untuk memeluk, memberi makan dan untuk membuatnya tidur..

Tetapi ayah mengangkat anak dan mendudukkan di pundaknya, untuk membuatnya melihat dunia yang tidak bisa dilihat anaknya...

Ayah dan ibu adalah pahlawan, yang kasih sayangnya layaknya guru yang mendampingi anak sepanjang kehidupan...

Perlakukanlah orangtua sebaik-baiknya, agar jadi contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi, yang menerima estafet kehidupan...

Untuk dibagikan ke para orang tua dan anak-anak tercinta....

Inginnya bilang, "jangan dipake isi tulisan ini" , tapi saya sudah merasakan sendiri manfaat yg disebutkan dalam tulisan ini dan sangat bersyukur

Semoga bermanfaat

Sumber :
Grup w.a

Bahagia itu Rumit

Temen-temen semua *BAHAGIA ITU (nggak) RUMIT*


Cukup merubah mindset kita dengan mengatakan: Alhamdulillah , lalu mulailah memperhatikan hal-hal yg disekeliling kita

Mendengar isteri cerewet di rumah , berarti aku masih punya isteri... *Alhamdulillah*
""""""""""""""""
Mendengar suami/istri ngorok di sebelah berarti aku masih punya suami/istri... *Alhamdulillah*
""""""""""""""""
Mendengar ayah dan ibu menegurku dengan tegas berarti aku masih punya ibu & ayah... *Alhamdulillah*
""""""""""""""""
Merasa letih dan jemu menasihati anak, berarti aku masih punya anak yang mewarnai hidupku... *Alhamdulillah*.

Merasa letih setiap malam selepas bekerja , itu berarti aku masih mampu bekerja keras... *Alhamdulillah*.

Membersihkan piring dan gelas kotor setelah menerima tamu di rumah , itu berarti aku masih punya teman... *Alhamdulillah*

Pakaianku terasa agak sempit , itu berarti aku makan cukup... *Alhamdulillah*.

Mencuci dan menyetrika timbunan baju , itu berarti aku masih memiliki pakaian... *Alhamdulillah*.

Membersihkan halaman rumah , mengepel lantai , itu berarti aku masih memiliki tempat tinggal... *Alhamdulillah*.

Mendapatkan banyak tugas pekerjaan itu berarti aku dipercayai dapat melakukannya... *Alhamdulillah*

Mendengar bunyi klakson, itu berarti telingaku masih mendengar... *Alhamdulillah*.

Mendengar kicau burung di pagi hari, berarti aku masih hidup... *Alhamdulillah*.

Akhirnya banyak hal yang dapat kita syukuri setiap hari... *Alhamdulillah*.

Aku juga bersyukur mendapatkan pesan ini , berarti aku masih memiliki sahabat yang peduli pada diriku... *Alhamdulillah*

Seseorang yang peduli tentang aku telah mengirimkan nya kepadaku... *Alhamdulillah*.

Dan karena aku peduli tentangmu maka aku mengirimkannya juga kepadamu... *Alhamdulillah*.

Berhentilah mengeluh dan bersyukurlah, atau setidaknya batasi.

Karna mengeluh seringkali tidak menghasilkan solusi.

Beryukurlah, agar kita mendapatkan pertolongan tambahan kebaikan dari Allah SWT, sebagaimana janji Allah dalam Al-Quran :

"Manakala engkau bersyukur , maka sungguh AKU akan menambahkan"

Mari kita berlatih bersyukur dalam setiap keadaan meski tak ada alasan untuk bersyukur sekalipun... *Alhamdulillah masih mampu bersyukur*.

Ayo kita sama² mencoba untuk bersyukur walau keadaan tak seperti apa yang kita harapkan tapi yakinlah ada hikmah yg tersembunyi dibaliknya.

Janganlah menunggu bahagia baru bersyukur , tapi bersyukurlah maka engkau akan bahagia...

*Alhamdulillah masih bisa berfikir positif*

*Alhamdulillah kita sehat lahir dan bathin*

Ingat hanyalah Allah SWT yang mampu membolak balikan atau melembutkan hati manusia. Karna itu perbanyaklah memohon dan berdoa kepadaNYA agar hati kita bahagia.

semoga hari ini kita selalu diberikan kesehatan lahir dan batin dan semoga kita selalu dalam lindungan Allahkm SWT Aamiin Yaa Robball 'Alaamiin

Sumber :

Universitas Kehidupan

Rabu, 15 Januari 2020

Kebahagiaan

Kebahagiaan manusia datang dari dalam diri sendiri dengan berbagai pilihan "ukuran".

Ada yang bahagia dengan punya banyak uang, ada juga yang bahagia dengan kemampuannya yang bisa tidur dimana dan kapan aja, ada yang bahagia karna jarang banget sembelit, ada yang bahagia karna bisa makan 3 kali hari ini, dan beragam ukuran lainnya.
Sehingga selayaknya menjadi kesadaran bahwa bahagia itu bersifat subjektif.

Sehingga saya sangat memahami ketika ada yang berpendapat :

"Kebahagiaan dia bukan tanggung jawab saya. Dia dan saya seharusnya bahagia secara individu masing-masing, kemudian kita bersama berbagi rasa kebahagiaan itu.
Kalau dia menempatkan tanggung jawab kepada saya untuk membuat dia merasa bahagia, sementara dia sendiri nggak ngerti apa yang membuat dirinya bahagia, itu namanya egois, dan nggak baik untuk kelanjutan dari sebuah hubungan.
Hubungan apapun bentuknya"

Sebuah  kalimat yang sederhana tapi patut direnungkan. Apakah kita sudah memahami "kebahagiaan" kita, apa dan bagaimana?

Didalam alquran , Allah menyampaikan :

"Dengan mengingat Allah, maka hati akan merasa tentram/tenang"

Secara tidak  langsung kalimat diatas memberitahukan bahwa kebahagiaan hadir dalam bentuk "ketenangan" yang terjadi tatkala "mengingat/zikr Allah" dilakukan.

So pemahaman kesehariannya bisa saja berbentuk manankala kita dapet omset ratusan juta sebulan tapi nggak menghadirkan "Allah" dalam kondisi itu, ya nggak kan nemu bahagia, tapi mungkin hanya muncul euforia dan hilangnya ketenangan dalam diri.

Faham ndak maksud saya

Coba sama-sama kita fikirkan dan,
temukan bahagiamu...

Wallahu a'lam bishshowaab

Kamis, 09 Januari 2020

Bergerak, temukan tempatmu

Seorang santri sedang membersihkan aquarium gurunya, ia memandang ikan arwana merah dengan takjub...
Tak sadar gurunya sudah berada di belakangnya...

"Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang guru..
"Tidak tahu". Jawab si murid...

"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah". Perintah sang guru...

Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..
Kemudian kembali menghadap sang guru...

"Ditawar berapa nak?" tanya sang guru..
"50.000 Rupiah guru". Jawab si murid mantap...

"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang guru lagi..
"Baiklah guru". Jawab si murid. Kemudia ia beranjak ke toko ikan hias...

"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang guru..
"800.000 Rupiah guru". Jawab si murid dengan gembira, ia mengira sang guru akan melepas ikan itu...

"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa sertifikat ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang guru lagi..
"Baik guru". Jawab si murid. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.

"Berapa ia menawar ikannya?".
"50 Juta Rupiah guru"...
Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbeda-beda...

"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat...".

"Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah karena tidak ada yang menghargaimu...
Mereka yang mengetahui nilai kamu itulah yang akan selalu menghargaimu...".

Sumber : fb om saif elcavi

Senin, 06 Januari 2020

Harga Teman

"Vi, aku beli keripik pisangmu ya? Berapa sekilonya?"

"Lima puluh ribu Lan." Sambil membungkus keripik pisang aku membalas WA dari temanku Lani. "Dih, kok mahal banget sih?" Dia membalas diikuti dengan emotikon menepuk wajah. "Iya Lani, harga aslinya malah lima puluh lima ribu tapi aku kasih harga teman buat kamu deh.." "Yaelah sama teman sendiri kok diskonnya cuma lima ribu sih Vi? Empat puluh ribu ya per kilo, aku ambil 2 kilo buat oleh-oleh ke mertua."

"Maaf Lani, kalau segitu nggak bisa kan kamu tahu sendiri bahan-bahan yang aku pakai berkualitas semua. Empat puluh delapan ribu gimana? Itu udah mepet banget untungnya."

"Ya sudahlah, tapi antar ke rumah sekarang ya Vi soalnya aku masih beres-beres mau berangkat ke kampung mertua."

"Oke siap, setengah jam lagi ya Lan?"
Hanya dibaca tidak dibalas.

Setengah jam kemudian di tengah gerimis, aku memacu motor bututku ke rumah Lani, tak lupa gadis kecilku dalam gendongan.
Setelah sampai di depan pintu gerbang rumahnya yang tinggi aku memencet bel, 10 menit belum dibuka, tangan kecil putriku sudah dingin.

"Eh kamu Via, maaf ya lama bukain pintunya. Itu anak-anakku lagi ribet banget. Oiya ini Vi uangnya, makasih ya?"
Lalu aku pun pamit, Lani bahkan tak menyuruhku masuk ke dalam rumah yang digarasinya ada dua mobil mewah.
Kubuka lipatan uang yang diberikan Lani, pas sembilan puluh enam ribu.
Alhamdulillah.

Sampai rumah aku disambut suamiku yang sedang duduk di kursi rodanya, ada rasa sedih dan kuatir di wajahnya.
Ya, kecelakaan kerja setahun yang lalu membuatnya tidak bisa berjalan.
Kini akulah tulang punggung keluarga kecil ini, berharap rezeki pada Alloh subhanahu wata'ala dengan berdagang keripik pisang.

Dari dulu aku memang sudah berjualan keripik pisang, bedanya sekarang ini menjadi satu-satunya penghasilan.
Ibuku yang mengajarkannya padaku, sejak aku masih gadis.
Ibu bilang harus pakai bahan yang berkualitas, jangan sembarangan biar orang suka dan jadi langganan. Sudah banyak pelangganku, beberapa adalah reseller dan aku juga membuat bungkusan kecil lalu kutitipkan di toko-toko atau warung.

Sewaktu suamiku masih bekerja aku menabungkan seluruh penghasilanku dari berjualan, kami hidup sehari-hari dari gaji suami.
Aku sudah berencana akan membeli sebuah rumah tipe 30 di perumahan baru dekat dengan kontrakan yang aku tempati sekarang, tinggal sedikit lagi mungkin tiga tahun lagi jika aku berhemat dengan ketat dan semakin rajin berjualan aku bisa membeli rumah itu tanpa kredit.
Tapi sekarang tabunganku habis, ludes tak bersisa.
Hampir tiga bulan suamiku dirawat di rumah sakit, terapi-terapi dan obat-obatan yang harganya mahal tak mampu membuat suamiku kembali berjalan.
Berkali-kali juga suami minta pulang ke rumah orangtuanya karena merasa jadi beban buatku, sudah habis rasa percaya dirinya sebagai laki-laki kepala rumah tangga.
Tapi aku tidak mau, dia adalah suami dan ayah dari putri kecilku, selamanya aku akan merawatnya.

"Basah kamu Dek?"

"Iya Mas sedikit, nggak apa-apa kok. Titip Tiara sebentar ya Mas, aku ganti baju dulu."
Lalu kusodorkan Tiara ke pangkuan suamiku, kudengar Tiara mengoceh mencoba mengobrol dengan ayahnya.

Sambil mengganti baju, kuusap air mata yang menetes di pipi.
Hati ini kadang sedih, nelongso jika melayani pembeli yang menawar daganganku dengan sadis.
Bukan, bukan karena aku pedagang baperan.
Tapi untung yang sedikit itu aku pakai untuk menafkahi suami dan anakku, sekarang Tiara masih berumur dua puluh bulan, masih belum banyak pengeluaran kami. Hanya saja suamiku masih terapi, aku butuh biaya untuk itu walaupun suamiku terkadang tidak mau kuantarkan terapi.

Bagi pedagang kecil sepertiku, bukan mobil mewah yang ingin kubeli, tapi aku hanya ingin mengobati suamiku.
Membuatnya kembali berjalan dan melihat wajahnya kembali ceria karena semenjak kecelakaan, tak kudengar lagi tawa dan senda guraunya, suamiku sangat merasa bersalah padaku dan Tiara.

Dalam setiap sujudku aku selalu berdoa semoga Alloh subhanahu wata'ala melapangkan rezekiku, menyehatkan badanku dan memberi kesempatan pada suamiku untuk kembali bisa berjalan.

#TerinspirasiDariKisahNyata

Pesan moralnya : Belilah dagangan temanmu tanpa harus meminta harga teman.

Sumber : copas grup w.a

Bercermin dari Anak Kecil


Kemarin selepas sholat magrib saya mencoba "terus sadar" dengan memperhatikan sekitar saya.. Saya berikan tanda petik disana karena kesadaran itu penting... Karena banyak di hari ini semua sekedar saja.. Sholat sekedar sholat, setelah sholat doa sekedar doa, hidup sekedar hidup, dan semua sekedar...

Rutinitas tanpa pemaknaan..
Apalagi keintiman..

Ketika saya sedang memperhatikan sekitar Allah perlihatkan ada sekumpulan anak-anak langsung berlari keluar masjid dengan riangnya.. Disusul anak-anak muda beberapa detik/menit kemudian, dan paling akhir orang2 tua yg sudah berumur.

"Kenapa mereka buru-buru yah?" tanya dalam hati.

Ternyata jawabannya adalah..
Karena yang diluar masjid lebih menarik dibanding apa yang didalam masjid.

Plak!
Tertampar.. 😭.

Wahai diri...
Bukankah kamu ketika sholat banyak menguapnya? Pikiranmu selalu tertuju pada bisnismu, karirmu, urusanmu dan kesenanganmu belaka?

Bukankah kau sama saja seperti anak kecil itu?!

Sholat tak lagi menarik bagimu bukan? Bebincang dengan-Nya tak lagi nikmat bukan? Dan malah kau merasa terbebani? Dan dunia lebih indah dipandanganmu sehingga pikiranmu selalu tertuju padanya..

Maukah kutunjukan padamu wahai diri tentang orang-orang yang hatinya diisi oleh dunia dan bukan lagi Allah?!

Mudah saja..
Ambil cermin, itulah orangnya!
Ya.. Dirimu sendiri yang hatinya dipenuhi oleh dunia namun mengaku cinta pada-Nya.

Dunia telah memenuhi hatimu..

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

"Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." [Al-A’la/87: 17]

Maukah kutunjukan semua akar masalahmu hari ini sekaligus sebab pertolongan Allah padamu wahai diriku?

"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.." [HR. Ahmad].

Pahamilah...
Ada aktivitas akhirat yang ternyata niatnya untuk dunia..
Dan juga ada banyak kerjaan dunia yang padahal bertujuan akhirat.

Dunia bebas menilaimu..
Tapi penentu urusan adalah Allah..
Karena tidak pernah antara kita dan mereka namun selalu antara kita dan Allah..

Sudah..
Sekarang saatnya kau raba hatimu..
Kemana ia menuju?

Maka perbaikilah apa yang tidak terlihat..
Niscaya Allah akan perbaiki apa yang terlihat..

"Dan barang siapa yang bersungguh-sungguh mencari keridhooan Kami, maka Kami akan tunjuki jalan-jalan Kami..." (QS. al ankabut : 69)
==========

Sumber : By. Rendy ReZha

Loyalitas tuntas

Apaan sih loyalitas?

loyalitas secara KBBI (Kamus Bahasa Indonesia) memiliki arti ; kepatuhan, kesetiaan.

loyalitas itu sebuah kesepakatan  yg di eksplisitkan sejak awal sehingga pihak2 yg berkaitan memahami perannya dalam muamalah (hubungan) yang akan dijalani, bahasa singkatnya "ikrar yg diawali dengan kesepakatan".

misalnya di sebuah perusahaan, mereka harus menjelaskan sejak awal kepada pegawainya bahwa semua "anashir" di perusahaan tersebut harus siap loyal kepada tujuan perusahaan di tahun X dan pengembangan bisnisnya selama X tahun.

Dalam skup keseharian yg lebih personal,  saya pernah diskusikan dengan temen muda, sebagai bekal sebelum beliau mencari istri "nanti saat khitbah dedek dedek yg mw dinikahi , sampaikan di depan ia dan bapaknya kalo kamu pengen masuk syurga bareng sama dia,  terus jgn paksa dia jawab cepet, kasih dia waktu leluasa utk jawab pernyataan kamu" .

Sebuah pernyataan sederhana utk mengenal "loyalitas" wanita yg akan beliau nikahi dgn mencari kesepakatan atas sebuah tujuan,  dan hasilnya saat ini saya perhatikan adalah kuatnya loyalitas beliau dan istri-istrinya dalam menjalani riak-riak kehidupan yang kalau kita lihat secara kasat mata terasa berat.

Apa konsekuensi dari tdk mendapatkan "loyalitas" ?  tinggal " berjalan"  mencari bentuk loyalitas lain yg kita sepakati.
Hidup dipenuhi loyalitas kok, berlepas dari loyalitasnya memiliki tujuan baik atau buruk

Mohon di perhatikan juga kalimat "sejak awal" yg saya sertakan dalam paragraf-paragraf di atas.

Wallahu a'lam bisshowaab

Note :
Tulisan ini merupakan sebuah refleksi seorang hamba yg tengah berdoa & berusaha utk selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya

Posting Asyik hari ini

Bahagia itu Rumit

Temen-temen semua *BAHAGIA ITU (nggak) RUMIT* Cukup merubah mindset kita dengan mengatakan: Alhamdulillah , lalu mulailah mempe...