Rabu, 15 Juni 2016

Si eta

Judul yang saya pilih merupakan sebuah kalimat pengganti bagi orang yang tergolong menyulitkan bagi orang lain. Khususnya manakala berkenaan dengan berinteraksi dalam kehidupan sosial.

Saya merasa berkewajiban untuk membahas hal ini, karena beberapa rekan yang menghubungi saya meminta bantuan untuk bersikap sesuai dengan tuntunan agama dalam menghadapi orang berjenis species "si eta".




saya akan lebih spesifikkan mengenai "si eta" yg akan menjadi bahan pembicaraan kita saat ini. "Si eta" adalah seseorang yang memiliki sifat eksploitatif dan sikap non-etis (kata lain dari "kurang ajar");"si eta" bisa membuat diri kita kesel, terhina, marah, malu, bingung, frustasi, dll. "si eta" selalu membangkitkan aura negatif diri kita saat berada bersamanya. Aura negatif disini dapat berarti fikiran negatif yg mendominasi dan kehilangan orientasi untuk mendapatkan solusi.

"Si eta" memiliki perilaku agresif yang dapat mengintimidasi pihak lain, dapat berupa teriakan, perkataan kasar dan tindakan fisik. "Si eta" seringkali bersikap berlebihan, bahkan untuk hal yang sifatnya kecil sekalipun.

"Si eta" selalu menyanggah semua ide dan pendapat yang bukan miliknya, menolak untuk kompromi dan selalu berfikir bahwa dirinya benar dan selain dirinya salah. Pendekatannya selalu "cara saya atau nggak sama sekali".

"si eta" selalu mendominasi dan ingin memegang kendali, memaksa orang lain untuk melihat dunia melalui mata dan pemikirannya.

Selalu ada tipe manusia "si eta" disekeliling kita. Dan ini adalah tipe manusia yang berbahaya, karna memiliki dampak merusak yang sangat kuat.

Yang dapat kita lakukan manakala berhadapan dengan "si eta" salah satunya adalah dengan memberikan informasi yang benar, berlepas informasi tersebut akan digunakan atau tidak. Karna sebagai seorang muslim, kita akan mendapatkan pahala satu utk menyampaikan hal yg benar, jika informasi kebenaran yg kita berikan digunakan maka pahala kita bertambah sebanyak yg memanfaatkan atau menerima kebaikan dari informasi tersebut. So nothing to loose for us.

Cara lain yang dapat kita lakukan adalah membatasi diri berinteraksi dengan "si eta", karna kita perlu melindungi diri kita dari beragam dosa (dibaca : kerusakan) yang mungkin muncul manakala berinteraksi dengan "si eta", seperti dosa ghibah, dosa karna berniat buruk, dll.

Kita secara pribadi perlu memastikan agar kita tidak terjebak kedalam golongan "si eta". Caranya adalah dengan mempelajari sunnah yang berkenaan dengan berbicara serta bersikap.

Dalam salah satu hadisnya rasulullah mengingatkan kita untuk senantiasa "berbicara yang baik (positif) atau lebih baik diam". Karna kata-kata yang positif dapat menarik perilaku serta pemikiran yang positif. Jadi manakala kita memilih untuk mengucapkan kalimat positif (kalimat yang baik), maka kita akan mendapatkan pahala karena melaksanankan sunnah rasulullah SAW.

Akan menjadi deposito akhirat yang baik manakala kita mampu merubah perilaku "si eta" menjadi lebih baik. Tentu saja hal ini memerlukan pengetahuan yang khusus, karna bisa jadi ada alasan psikologis yang membuat "si eta" berperilaku seperti itu. Jika "si eta" adalah seorang muslim, maka kita dapat memberikan pemahaman tentang indahnya menerapkan aturan dan tuntunan syariah dalam kehidupan sehari-hari.
 Hal ini dapat dilakukan dengan memperbanyak proses belajar dan mengkaji mengenai kehidupan dan relevansinya dengan tuntunan syariah

Wallahu a'lam bishshowaab

Tidak ada komentar:

Posting Asyik hari ini

Bahagia itu Rumit

Temen-temen semua *BAHAGIA ITU (nggak) RUMIT* Cukup merubah mindset kita dengan mengatakan: Alhamdulillah , lalu mulailah mempe...