Minggu, 15 Mei 2016

Adab dan Ilmu

Bismillahirrahmanirrahim
Berikut adalah beberapa nasihat yang disampaikan oleh para ulama berkenaan dengan Adab dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu. Adab yang dimaksud dalam tulisan ini adalah
etika atau perilaku seseorang dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu.


لاَ يَنْبُلُ الرَّجُلُ بِنَوْعٍ مِنْ الْعِلْمِ مَا لَمْ يُزَيِّنْ عَمَلَهُ بِالأَدَبِ
Seseorang itu tidak akan mencapai kemuliaan dengan salah satu macam ilmu selama dia tidak menghiasi amalnya dengan adab (Imam 'Abdullah bin al-Mubarak).[1

تَعَلَّمِ اْلأَدَبَ قَبْلَ أَنْ تَتَعَلَّمَ الْعِلْمَ
Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu. (Imam Malik bin Anas).[2

كُلُّ مُتَأَدِّبٍ مِنْ غَيْرِهِ مَتَى لَمْ يُدِمْ عَلَيْهِ اْلأَدَبَ اِخْتَلَّ مَا يَسْتَفِيْدُ مِنْهُ وَرَجَعَ إِلَى طَبْعِهِ
Setiap orang yang belajar dari orang lain, selama dia tidak memelihara adab dalam dirinya, maka segala yang telah ia dapatkan dari (guru)nya itu akan berhamburan dan ia akan kembali kepada tabiatnya yang semula. (Imam Abul Hasan al-Mawardi).[3

مَا أُوْوِيَ شَيْءٌ إِلَى شَيْءٍ أَزْيَنُ مِنْ حِلْمٍ إِلَى عِلْمٍ
Tidak ada sesuatu pun menjadi lebih indah ketika digabungkan kepada lainnya selain sikap santun ketika digabungkan kepada ilmu. (‘Atha bin Yasar).[4

مَا أَحْسَنَ اْلإِسْلاَمُ وَيُزَيّؐنُهُ اْلإِيْمَانُ وَمَا أَحْسَنَ اْلإِيْمَانُ وَيُزَيِّنُهُ التَّقْوَى وَمَا أَحْسَنَ التَّقْوَى وَيُزَيِّنُهَا الْعِلْمُ وَمَا أَحْسَنَ الْعِلْمُ وَيُزَيِّنُهُ الْحِلْمُ وَمَا أَحْسَنَ الْحِلْمُ وَيُزَيِّنُهُ الرِّفْقُ
Betapa indahnya Islam yang dihiasi oleh iman; betapa indahnya iman yang dihiasi oleh taqwa; betapa indahnya taqwa yang dihiasi oleh ilmu; betapa indahnya ilmu yang dihiasi oleh kesantunan; dan betapa indahnya kesantunan yang dihiasi oleh kelemahlembutan. (Raja’ bin Haywah).[5

حُسْنُ اْلأَدَبِ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ وَسِتْرٌ لِلْجَاهِلِ
Adab yang baik adalah perhiasan bagi orang ‘alim dan penutup (aib) bagi orang jahil.
 (al-Harits bin Asad al-Muhasibiy).[6)

لاَ شَرَفَ مَعَ سُوْءِ أَدَبٍ
Tidak ada kemuliaan yang disertai dengan adab yang buruk. (Imam ‘Ali bin Abi Thalib).[7

تَكَلَّمَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَدْهَمَ إِلَى رَجُلٍ يُكَلِّمُ رَجُلاً ، فَغَضِبَ حَتَّى تَكَلَّمَ بِكَلاَمٍ قَبِيحٍ ، قَالَ : فَقَالَ لَهُ : يَا هَذَا اتَّقِ اللهَ، وَعَلَيْكَ بِالصَّمْتِ وَالْحِلْمِ وَالْكَظْمِ ، قَالَ : فَأَمْسَكَ ثُمَّ قَالَ لَهُ : بَلَغَنِي أَنَّ الأَحْنَفَ بْنَ قَيْسٍ ، قَالَ : كُنَّا نَخْتَلِفُ إِلَى قَيْسِ بْنِ عَاصِمٍ نَتَعَلَّمُ الْحِلْمَ ، كَمَا نَخْتَلِفُ إِلَى الْعُلَمَاءِ نَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ ، قَالَ : فَقَالَ لَهُ : لاَ أَعُودُ
Ibrahim bin Adham berbicara (untuk menasihati) seseorang yang (sebelumnya) berbicara kepada orang lain, lalu dia marah sampai-sampai melontarkan kata-kata yang buruk. Ibrahim berkata kepadanya, “Wahai Tuan, bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya Anda diam, bersikap santun, dan menahan amarah.” Beliau diam sejenak, kemudian berkata lagi kepadanya, “Telah sampai kabar kepadaku, bahwa al-Ahnaf bin Qays berkata: ‘Dulu kami biasa bolak-balik mendatangi Qays bin ‘Ashim untuk mempelajari kesantunan, sebagaimana kami biasa bolak-balik mendatangi para ulama’ untuk mempelajari ilmu.” Maka, orang itu berkata kepada beliau, “Saya tidak akan mengulanginya lagi.”[8

أَنَّ رَجُلاً كَتَبَ إِلَى أَخٍ لَهُ : اعْلَمْ أَنَّ الْحِلْمَ لِبَاسُ الْعِلْمِ فَلاَ تُعَرَّيَنَّ مِنْهُ
Seseorang menulis surat kepada saudaranya, (isinya): “Ketahuilah, bahwa kesantunan adalah pakaian ilmu, maka jangan sampai kautelanjangi dia darinya.”[9
Sumber  : Grup we.a
Catatan Kaki 
[1] Al-Adab asy-Syar’iyah, IV/264. Kata-kata dari Ibnul Mubarak.
[2] Hilyatul Auliya’, VI/330, biografi Malik bin Anas; dan Ghara’ibu Malik bin Anas, no. 46; merupakan nasihat beliau kepada salah seorang muridnya.
[3] Tas.hilu an-Nazhr wa Ta’jilu azh-Zhufr fi Akhlaqi al-Malik, hal. 13, bersumber dari salah seorang Ahli Hikmah.
[4] Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, hal. 505, no. 806; merupakan perkataan ‘Atha bin Yasar. Menurut az-Zuhayri (muhaqqiq), isnad­-nya shahih.
[5] Idem, hal. 506, no. 809; diriwayatkan oleh Raja’ bin Haywah. Menurut az-Zuhayri, isnad-nya hasan.
[6] Hilyatul Auliya’, X/95, biografi al-Harits bin Asad al-Muhasibi; bagian dari nasihat panjang beliau.
[7] Al-I’jaz wal Ijaz, hal. 4; merupakan pernyataan ‘Ali bin Abi Thalib.
[8] Syu’abul Iman, XI/50, no. 8153.
[9] Syu’abul Iman, III/302, no. 1713, riwayat dari ‘Amr bin al-Harits.

Tidak ada komentar:

Posting Asyik hari ini

Bahagia itu Rumit

Temen-temen semua *BAHAGIA ITU (nggak) RUMIT* Cukup merubah mindset kita dengan mengatakan: Alhamdulillah , lalu mulailah mempe...